Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Sabtu, 04 Mei 2013

SI HIJAU GUNDUL DI TANAH PERTIWI



Pohon-pohon ditebang untuk pemenuhan kayu industri, membuat kertas, pembangunan rumah. Yang paling tragis adalah banyak negara mengimpor kayu hasil hutannya, tetapi malah digunakan untuk membuat peti mati, yang akhirnya hanya dikubur di dalam tanah”.

Review lagi mengenai pernyataan “Pedulikah kamu terhadap hutan kita?” yang disampaikan secara tidak langsung oleh HUTAN INDONESIA, memang sungguh ironis jika kita melihat kenyataan yang ada saat ini. Teman kita si Hijau digundul paksa oleh kaum-kaum yang katanya memiliki implikasi penting bagi pemenuhan kebutuhan hidup manusia. 
Entah berdasar hak apa mereka terus melakukan eksploitasi, perambahan dan perusakan hutan secara terus menerus, tetapi tidak memikirkan hal yang logis kalau mereka seharusnya juga melestarikannya. Apakah mereka tidak takut dengan siksaan Tuhan karena telah membuat kerusakan? Padahal ini sudah dijelaskan di Al-Quran mengenai celakanya orang yang membuat kerusakan di muka bumi sesudah Allah memperbaikinya (QS. Al-A’râf : 56). Kita diberikan tumpangan hidup di bumi, diberikan nikmat yang sungguh luar biasa, nikmat akal dan nurani, kita dirikan istana-istana di tanah datar, kita pahat gunung-gunung menjadi sebuah keindahan, tetapi kita malah merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan.

ULASAN MASALAH
Masalah di bumi pertiwi ini seolah-olah memang tak akan ada habisnya dari awal hingga penghujung tahun. Mulai dari kasus suap-menyuap, dilema politik, kriminalitas bahkan masalah yang menyangkut dengan alam salah satunya krisis hutan. Krisis hutan seperti deforestrasi adalah masalah besar kita semua hari ini karena ancamannya begitu besar. Kegiatan illegal logging yang dilakukan di Indonesia telah membuat kita kehilangan si hijau sebanyak 1,2 hingga 1,4 juta hektar, jumlah yang sangat cetar membahana. Bukan tidak mungkin, jika laju deforestrasi tersebut tidak dicegah, luas hutan di Indonesia akan semakin kecil dan hanya tinggal menunggu catatan sejarah saja, kemudian menghilang. Pada tahun 2005 yang lalu, WWF melakukan sensus hutan di Kalimantan, pulau yang memiliki hutan terluas di Indonesia. Dan WWF memperkirakan bahwa luas hutan di Kalimantan di tahun 2010 mencapai 44 persen. Namun, pada tahun 2020 nanti (10 tahun yang akan datang), luasnya tinggal 32,6 persen saja. Si hijau yang begitu berharga dipermalukan di tanah pertiwinya sendiri. Ini adalah tantangan global buat kita semua, masyarakat Indonesia untuk membantu dan menyelesaikan masalah ini. Bukan hanya itu, peran pemerintah adalah salah satu kunci utama untuk menekan jumlah si hijau yang semakin berkurang. Jika hal ini terus terjadi, mau dimanakah kita akan tinggal? Bagaimana dengan kehidupan kita kelak, anak dan cucu kita? Bagaimana kita bernafas dengan oksigen yang bersih?

Kebijakan Pemerintah Membuat Moratorium
Walaupun kebijakan moratorium pemberian izin baru di hutan akan berakhir di minggu ketiga bulan Mei tahun ini, namun kebijakan moratorium ini sebaiknya diperpanjang. Hal ini agar tidak terjadi permasalahan dalam kehutanan seperti konflik persengketaan lahan hutan dan pemanfaatan sumber daya alam. Kebijakan moratorium  sangat penting untuk tata kelola hutan yang baik. Ini juga akan menyelamatkan teman-teman kita, flora dan fauna yang hidup tenang dan damai di hutan.

Jadikan Aku Sebagai Sahabat Kalian
Berkurangnya luas hutan di Indonesia adalah masalah yang serius bagi pemerintah dan kita semua. Perlu langkah bijak untuk menghentikannya. Misanya kasus penebangan hutan dan illegal logging harus ditekan seminim mungkin dan pemberian sanksi tegas bagi pelaku. Lalu apa ide bijak yang bisa kita tuangkan agar kita bersahabat dengan si hijau? Ide yang paling menarik adalah ekowisata. Ekowisata merupakan salah satu kegiatan wisata yang berwawasan lingkungan, dimana kegiatan itu tidak hanya diisi dengan kegiatan jalan-jalan, tapi kita ikut sera dalam upaya penyelamatan lingkungan (hutan).

Ekowisata dimulai ketika dirasakan adanya dampak negatif pada lingkungan. Dampak negatif ini bukan hanya dikemukakan dan dibuktikan oleh para ahli lingkungan tapi juga para budayawan, tokoh masyarakat dan pelaku bisnis pariwisata itu sendiri. Dampak berupa kerusakan lingkungan, terpengaruhnya budaya lokal secara tidak terkontrol, berkurangnya peran masyarakat setempat dan persaingan bisnis yang mulai mengancam lingkungan, budaya dan ekonomi masyarakat setempat.

Kondisi alam Indonesia yang membentang dari bukit dan dilengkapi dengan hewan-hewan dan tumbuhan langka ciptaan Yang Maha Kuasa merupakan potensi yang begitu menarik bagi wisatawan. Memanfaatkan hutan sebagai salah satu tujuan wisata sangat memberikan nilai positif untuk menanggulangi penyusutan luas hutan di Indonesia. Kita pun akan semakin dekat dengan “si hijau” yang sudah gundul. Mudah bukan?

“Kecil tapi ada, nyata dan berharga” (*)

2 komentar:

  1. Wah pantas jadi salah satu pemenang di kontesnya CV. Mitra Bibit ya, ternyata blognya memang concern dengan green living. Teruskan sobat, kita perlu pacuan walau sebatas tulisan utuk menyadarkan masyarakat dunia akan pentingnya penghijauan bagi bumi yang kita pijak

    BalasHapus
  2. wah, hahah, terima kasih Gen-Q, fokus saya memang di bidang pendidikan, lingkungan dan kontribusi untuk sosial terutama anak-anak :)

    BalasHapus